Jumat, 02 Maret 2012

Tutorial tentang TCP/IP untuk Keperluan LAN


IP Address, Subnetmask dan Subnetting

Sebetulnya ada dua (2) aturan teknik subnetting di jaringan TCP/IP. Aturan yang awal adalah RFC 950, aturan yang baru dapat dilihat di RFC 1812.
[edit]
Dunia Menurut RFC 950 – Cara Lama

Untuk IPv4, panjang total sebuah IP address adalah 32 bit. Hal ini tidak berlaku di IPv6 yang mempunyai address space lebih panjang lagi. Biasanya IP address ditulis dalam kumpulan empat (4) nomor merepresentasikan nilai desimal dari address byte (8 bit). Setiap nilai di pisahkan dengan titik, notasi ini dikenal sebagai dotted decimal (desimal bertitik). Contoh IP address adalah 202.159.123.23.

IP address sebetulnya mempunyai hirarki untuk keperluan routing, dan biasanya dibagi menjadi dua sub-kolom. Network Identifier (NET_ID) memberitahukan TCP/IP subnet yang tersambung ke Internet. NET_ID digunakan untuk routing antar jaringan, dalam dunia telepon kira-kira sama seperti kode negara, kode wilayah, kode kota, kode operator dari nomor pesawat telepon yang kita gunakan. Host Identifier (HOST_ID) menentukan host tertentu di dalam subnetwork; dalam dunia telepon kira-kira sama dengan nomor pesawat telepon.

Untuk memudahkan membayangkan konsep IP address, mari kita lihat persamaan konsep IP address dengan nomor telepon. Contoh, sebuah nomor telepon Jakarta 021 421-4567. NET_ID untuk telepon di Jakarta adalah 021, sedang HOST_ID atau pesawat teleponnya 421-4567. Tentunya jaringan telepon di Jakarta lumayan rumit dengan di layani dengan beberapa sentral telepon, khusus untuk pesawat 421-xxxx sebetulnya dilayani sentral telepon Cempaka Putih. Jadi sebetulnya kita dapat pecah lagi menjadi NET_ID 021, SUBNET_ID 421 dan HOST 4567. Dengan cara ini akan memudahkan bagi operator telepon untuk melakukan routing sambungan telepon antar sentral telepon. Setiap sentral telepon cukup mencocokan NET_ID atau SUBNET_ID saja untuk mencapai pesawat telepon yang di tuju. Dengan cara / konsep yang sama IP address bekerja.

Kelas IP address

Untuk memenuhi kebutuhan besar jaringan yang berbeda, IP mendefinisikan beberapa kelas alamat. Secara tradisional di perkenalkan kelas A, B dan C yang hanya berbeda pada panjang NET_ID:
Kelas A, NET_ID 8 bit, HOST_ID 24 bit. Kelas A untuk jaringan yang sangat besar dan dapat memberikan alamat bagi 16.777.214 (2^24 – 2) host per jaringan. Bit pertama dari IP address kelas A adalah 0 dan NET_ID menempati byte pertama. Hanya ada 128 (2^7) kemungkinan jaringan yang memiliki kelas A NET_ID. Pada kenyataannya, digit pertama kelas A adalah antara 1 sampai 126, dan hanya sekitar kurang lebih 90 kelas A yang telah dialokasikan.
Kelas B, NET_ID 16 bit, HOST_ID 16 bit. Kelas B di peruntukan bagi jaringan yang lumayan besar dan dapat memberikan alamat bagi 65.534 (2^16 – 2) host per jaringan. Dua bit pertama IP address kelas B adalah 10. IP address kelas B mempunyai nomor pertama 128 sampai 191, ada 16.384 (2^14) kemungkinan kelas B NET_ID. Kelas B sudah lama habis, sangat sulit sekali untuk memperoleh kelas B yang baru. Di Indonesia hanya ada 2-3 buah alokasi IP kelas B, satu diantaranya adalah ITB.
Kelas C, NET_ID 24 bit, HOST_ID 8 bit. Kelas C di peruntukan bagi jaringan yang kecil dan dapat memberikan alamat bagi 254 (2^8 -2) host per jaringan. Tiga bit pertama IP address kelas C adalah 110 mempunyai nomor pertama 192 sampai 223.Ada 2,097,152 (221) kemungkinan kelas C NET_ID dan umumnya alamat yang dialokasikan pada hari ini adalah Kelas (atau sub-Kelas C).

Sisa dua kelas address dialokasikan untuk fungsi khusus, dan tidak dialokasikan untuk host-host secara individu. Kelas D mempunyai nilai antara 224 sampai 239 (dengan 4 bit pertama bernilai 1110), dan digunakan untuk IP multicast, yaitu pengiriman sebuah datagram ke banyak mesin sekaligus, IANA mendokumentasikan daftar Internet Multicast Addresses (http://www.iana.org/assignments/multicast-addresses) . Kelas E mempunyai nilai antara 240 sampai 255 (denngan 4 bit pertama 1111), dan di reserved untuk keperluan experimental.

Untuk keperluan private network, dalam sebuah LAN atau IntraNet atau corporate network, ada beberapa NET_ID yang di reserved berdasarkan RFC 1918 (http://www.isi.edu/in-notes/rfc1918.txt) untuk jaringan private / jaringan tertutup dan tidak di routing ke Internet. IP address private biasanya digunakan dalam LAN atau IntraNet. Alamat / NET_ID tersebut adalah:
Satu (1) kelas A 10.0.0.0 (dulu dialokasikan untuk ARPANET)
Enam belas (16) kelas B 172.16.0.0 s/d 172.31.0.0.
256 Kelas C 192.168.0.0 – 192.168.255.0.

Konsep pengalamatan yang lebih kompleks biasanya menggunakan subnetmask. Subnetmask digunakan untuk menandai porsi yang NET_ID dan HOST_ID terutama untuk keperluan routing. Subnet mask dapat ditulis dengan dotted decimal dan jumlah bit yang “1” menandakan NET_ID bit. Untuk berbagai kelas IP, subnet mask dan jumlah bit yang “1” untuk NET_ID adalah: Byte Pertama Class Subnet Mask Jumlah Bit “1”
1-126 A 255.0.0.0 8
128-191 B 255.255.0.0 16
192-223 C 255.255.255.0 24


Tergantung konteks dan literature, subnetmask dapat ditulis dalam bentuk dotted decimal atau hanya nomor yang merepresentasikan jumlah bit “1” dari NET_ID. Contoh 202.154.107.25 255.255.255.0 dan 202.154.107.25/24 ke duanya mengacu pada kelas C NET_ID 202.154.107. Beberapa orang, bahkan, sering mengacu 24 bit NET_ID sebagai “slash-24” (/24).

Perlu di catat bahwa orang banyak menyebut sebuah subnet dengan netmask 255.255.255.0 sebagai jaringan kelas “C”. Padahal, kelas C yang benar hanya jaringan dengan byte pertama antara 192-223. Hal ini menjadi penting pada saat kita mulai melakukan subnetting. Bagian subnet dari IP address sebetulnya optional, dan jarang digunakan di jaringan kelas “C”. Umumnya, kita dapat membuat subnet dari jaringan apapun yang kita kontrol dengan cara yang valid yang kita mau. Yang sulit adalah untuk mengerti “mana yang valid”. Mari kita mulai dengan aturan dasarnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar